Rabu, 09 September 2009

Produksi Perhutani Mantingan 12.600 M3

Ditulis Oleh Suara Merdeka
Rabu, 09 September 2009

REMBANG - Produksi Perhutani Mantingan, tahun 2010 akan ditingkatan menjadi 500 persen dari tahun 2009. Pasalnya, saat ini Administrator Perhutani Mantingan, Ir Abdul Hasan sedang mengusulkan penebangan pohon jati (Tectonia grandis) trubusan seluas 500 ha ke Perhutani Unit I Jawa Tengah.

"Sesuai dengan uji coba tebangan kami di wilayah BKPH Kalinanas dan Ngiri, setiap hektare kayu trubusan rata-rata mampu menghasilkan 40 m3," ujar dia kepada Suara Merdeka, per telepon kemarin.

Diterangkan alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut, produksi Perhutani Mantingan di era sebelum reformasi rata-rata mencapai 15.000 m3. Setelah ada aksi penjarahan di enam BKPH di wilayah Perhutani Mantingan, produksinya tinggal sekitar 2.600 m3 saja. ’’Produksi itu berupa kayu tanaman yang usianya rata-rata 60 tahun, sehingga kualitasnya sangat bagus,’’ kata dia.

Namun mengingat jumlah pohonnya setelah era reformasi berkurang, maka Perhutani terus mengintensifkan pemeliharaan kayu trubusan. Kayu tersebut tumbuh dari sisa tebangan pohon yang dijarah pencuri. Ternyata, setelah usianya mencapai di atas 10 tahun, mampu menghasilkan kayu berdiamater antara 16 hingga 22 cm.

Dalam satu hektarenya, kata Abdul Hasan, mampu menghasilkan 40 m3 kayu jati. Padahal, dalam satu hektare tersebut, pihaknya tak menebang semua pohon yang tumbuh. Alasannya, tak semua pohon kayu trubusan mampu mencapai diamater antara 16 dan 22 cm tersebut.(A2-54)

PPI Diminta Direlokasi

JUWANA-Persoalan yang timbul akibat rusaknya aliran Sungai Juwana, bukan hanya pendangkalan, tapi juga penurunan kualitas air saat kemarau mendesak untuk diatasi. Cara yang memungkinkan dilakukan dalam waktu dekat untuk mengatasi masalah itu salah satunya merelokasi kedua Pusat Pendaratan Ikan (PPI) yang ada di sekitar muara Juwana.

“Tidak ada cara lain kecuali memindahkan PPI yang selama ini mempercepat pendangkalan sungai karena sampah dan limbah dibuang di sana. Belum lagi parkir kapal yang bongkar muat di PPI juga menghambat aliran, sehingga saat kemarau seperti ini air mandek dan mudah tercemar,” jelas anggota DPRD Awi, kemarin.

Lebih lanjut dia menjelaskan, tempat PPI yang lama dapat difungsikan sebagai pasar ikan atau fasilitas umum lainnya. Asal tidak mengganggu aliran sungai tersebut.

“Meskipun IPAL (instalasi pengolahan air limbah-Red) diupayakan berfungsi di PPI, tapi itu tidak membantu menghindari pencemaran dan pendangkalan sungai. Karena tingkat kesadaran dan disiplin masyarakat rendah,” kata pria yang juga petani tambak itu.

Perubahan warna dan bau air Sungai Juwana sepengetahuannya terjadi rutin setiap tahun. Sejauh ini semua petani tambak di Kecamatan Juwana dan Batangan memanfaatkan air yang telah tercemar dari Sungai Juwana. Bahkan, pencemaran tersebut sampai ke muara, sehingga banyak petambak yang tidak bisa lagi menabur ikan lantaran tidak ada lagi pasokan air berkualitas.(H49-36)

Bookmark and Share

0 comments:

Based on original Visionary template by Justin Tadlock
Visionary Reloaded theme by Blogger Templates

Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi Visionary WordPress Theme by Justin Tadlock Powered by Blogger, state-of-the-art semantic personal publishing platform