Sabtu, 26 Juli 2008

Kemarau, Gairah Industri Kayu Putih Muncul

Ditulis Oleh Kedaulatan Rakyat
Sabtu, 26 Juli 2008

CILACAP (KR) - Musim kemarau membuat gairah industri penyulingan minyak kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) rakyat yang tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap muncul dan menunjukkan dinamika. Kondisi itu terjadi karena produksi minyak kayu putih pada musim kering seperti sekarang ini begitu melimpah, terkait dengan mudahnya mendapatkan bahan baku daun kayu putih yang berkualitas.

“Musim kering membuat daun kayu putih menjadi rendah kadar airnya, sementara kandungan minyak kayu putihnya begitu tinggi,” ujar Warisem (60) salah satu pengelola industri penyulingan minyak kayu putih di Desa Ujungmanik Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jumat (25/7). Hal tersebut ditunjukkan dengan bentuk daunnya yang kering dan tebal. Sebaliknya bila pada musim hujan, kualitas daun kayu putih sangat rendah karena bentuk daunnya tipis dan basah.
Menurutnya, pada musim kering untuk satu kuintal (100 kg) daun kayu putih bisa menghasilkan 1 kilogram (kg) minyak kayu putih. Sehingga apabila dalam sehari menyuling 14 kuintal daun kayu putih, maka hasil minyak yang didapatkan mencapai 14 kilogram.
“Ini jelas membuat kami bergairah. Sebaliknya pada musim penghujan dengan ukuran yang sama minyak kayu putih yang didapatkan hanya sekitar 10 kilogram,” lanjutnya.
Dikatakan, untuk pengadaan bahan baku bagi industri penyulingan kayu putih sekarang ini mudah sekali, karena pengadaannya dipasok Perhutani yang menjadi mitranya. Sementara hasil produksi minyak kayu putih juga ditampung BUMN tersebut. Hasil yang didapatkan para pengelola penyulingan minyak kayu putih itupun cukup lumayan. Apalagi industri itu dapat menyerap 10 orang tenaga untuk setiap unit pengolahan, sehingga dapat memberikan nilai tambah warga setempat.
Borongan
Untuk pekerjanya yang bertugas di bagian pemasakan dihitung borongan dengan mendapatkan upah Rp 7.000/kilogram dan bagian pembakaran dihitung harian dengan upah Rp 20.000/hari. Dijelaskannya, harga minyak kayu putih sekarang ini berkisar Rp 100 ribu per kilogram. Sedang dalam sebulannya setiap industri penyulingan minyak kayu putih itu bisa menjual 200-300 kilogram.
Kepala Desa Ujungmanik Supardan mengakui keberadaan industri penyulingan minyak kayu putih rakyat sangat membantu pendapatan warganya, terutama di musim kemarau seperti sekarang ini.
“Ketika sawah-sawah mereka mengering dan tidak bisa ditanami padi, mereka masih bisa mendapatkan penghasilan dari kayu putih,” ujarnya. Sehingga pada musim kering, kayu putih selalu menjadi tumpuan hidup beberapa warganya. (Mak)-g

0 comments:

Based on original Visionary template by Justin Tadlock
Visionary Reloaded theme by Blogger Templates

Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi Visionary WordPress Theme by Justin Tadlock Powered by Blogger, state-of-the-art semantic personal publishing platform