Sabtu, 26 Juli 2008

Ribuan Kera Turun Gunung

Ditulis Oleh Portal Berita Jawa Timur
Sabtu, 26 Juli 2008

Diduga, Sumber Air dan Makanan di Hutan Minim

PACITAN - Tidak hanya warga yang kebingungan mencari air bersih di musim kemarau saat ini. Namun, komunitas kera yang selama ini hidup di kawasan hutan milik perhutani di laut Teleng Ria, Pacitan, juga mulai turun gunung.

Komunitas kera, yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan ekor itu, tidak saja mencari air. Tetapi, juga mencari makanan di tegal atau ladang tanaman pertanian milik warga. Mulai singkong, pisang, buah kelapa dan berbagai tanaman polowijo lainnya. Bahkan, tidak sedikit diantaranya yang memasuki dapur rumah warga.

Biasanya, komunitas kera itu mulai turun gunung sekitar pukul 14.00 wib sampai pukul 16.00 wib. Mereka berpencar ke beberapa arah, dengan sasaran utamanya adalah lahan pertanian warga. Kawanan kera itu memakan apa saja yang ditemuinya. "Kalau kelapa, biasanya mengambil buah kelapa yang masih muda," ujar Tukiran, warga Dusun Pelem, Desa Dadapan, Kec./Kab.Pacitan, Jumat (25/7).

Terkadang, kera mencabuti pohon singkong untuk diambil buahnya. Namun tidak sedikit kawanan kera yang mencuri singkong saat warga memanennya. Bahkan, ada juga yang berani menyerbu warga saat mengupas dan menjemur singkong (untuk gaplek). "Kalau jumlahnya banyak, sekitar ratusan, kawanan kera berani mengambil singkong yang tengah dijemur untuk gaplek," imbuh Tukiran.

Kendati begitu, sebagian besar warga mengaku biasa-biasa saja. Sebab, setiap tahun, dimusim kemarau, kawanan kera selalu turun gunung. Sehingga, keberadaannya sudah tidak asing bagi warga. Disisi lain, selama ini, belum ada kejadian warga diserang kawanan kera hingga terluka.

Hal itu juga diakui Djumadi,58, Kepala Desa Dadapan, Kec./Kab. Pacitan. Beberapa hari terakhir ini, sekelompok hewan pengganggu tanaman mulai turun gunung. Selain kera, kawanan babi hutan juga kerap meresahkan warga.

Karena itu, pada hari-hari tertentu, kelompok warga melakukan gladak (perburuan babi hutan) di hutan-hutan. Selain melibatkan beberapa orang warga, perburuan juga menggunakan beberapa ekor anjing terlatih. Namun, upaya itu, tidak selalu berhasil. Sebab, buruannya (babi hutan), cepat melarikan diri. "Sebenarnya, di wilayah Desa Dadapan sering dilakukan perburuan babi hutan oleh anggota Perbakin. Tetapi, yang ditembak hanya babi hutan yang sudah tua dan besar," jelas Kades Djumadi.

Karena itu, untuk mengantisipasi serangan kera maupun babi hutan, warga pun bergiliran menjaga lahan pertaniannya. Biasanya, warga membuat gubuk di tengah lahan pertanian. Dari tempat itulah, jika sewaktu-waktu tanaman pertaniannya didatangi kawanan kera atau babi hutan segera mengusirkan dengan membunyikan bunyi-bunyian, seperti kentongan. (wit/mik)

0 comments:

Based on original Visionary template by Justin Tadlock
Visionary Reloaded theme by Blogger Templates

Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi Visionary WordPress Theme by Justin Tadlock Powered by Blogger, state-of-the-art semantic personal publishing platform