Rabu, 27 Agustus 2008

Desa Jaan Raih Juara I Reboisasi dan Konservasi Alam Tingkat Nasional

Ditulis Oleh Radar Kediri
Rabu, 27 Agustus 2008

Dikira Mata-Mata Perhutani, Ketua LMDH Takut Pulang ke Rumah

Mengubah kerusakan menjadi manfaat bukan hal mudah yang bisa dilakukan tiap orang. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang lama. Pantas jika apa yang dilakukan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Jaan Kecamatan Gondang ini mendapatkan penghargaan langsung dari presiden.

AHYA ALIMUDDIN., Nganjuk

Meskipun sedang meranggas, hutan jati seluas 380 hektare itu terlihat ijo royo-royo. Keasrian itu disebabkan hijaunya tanaman tumpangsari di bawah tegakan. Ada garbis, semangka, jagung, dan cabe yang tumbuh subur. Kondisi ini sangat kontras dibandingkan Desa Jaan sekitar sepuluh tahun lalu Tidak ada satupun tumbuhan di lahan seluas itu. "Dulu seperti lapangan terbang, Mas. Gundul dan gersang," kata Suwono, ketua LMDH Jati Mulyo.

Kegersangan itu muncul dari illegal logging yang menggila. Sejak setelah reformasi, warga Desa Jaan seperti tak lagi menghargai keberadaan hutan. Mereka dengan bebasnya menebang seluruh pepohonan di hutan milik Perhutani. Tak heran bila dalam setahun, seluruh isi hutan habis tak tersisa.

Dalam rentang waktu setahun dan dua tahun setelah itu, dampaknya tidak terasa. Barulah pada tahun ketiga, warga Desa Jaan merasakan efek negatif dari penjarahan hutan itu. "Cuaca sangat panas. Tanah persawahan kering kerontang karena sumber air sangat sulit," lanjut pria yang juga Kaur Kesejahteraan Desa Jaan itu. Kondisi ini bertambah parah dengan hilangnya mata pencaharian warga setempat yaitu mencari rencek (ranting pohon-Jawa) di hutan.

Tergerak mengembalikan keasrian desa, Suwono berupaya menyadarkan masyarakat. Mulai dari merangkul perangkat desa hingga karang taruna. Meski awalnya sulit, mulai 2001 bersama sebagian warga, Suwono mencoba mengadakan reboisasi. Mereka bergotong royong untuk membeli bibit pohon jati plus bantuan dari Perhutani.

Karena langkahnya dinilai berseberangan dengan keinginan sebagian besar warga, Suwono sempat dicemooh dan dikucilkan. "Kalau ada operasi kayu, saya nggak berani pulang kerumah, Mas," tutur bapak satu anak ini seraya tersenyum. Hal ini karena dia khawatir dituduh sebagai mata-mata Perhutani.

Beberapa tahun menerima cemoohan, Suwono mulai bisa mengunduh pujian ketika tanaman jatinya mulai besar. Saat ini, 85 persen lahan gundul sudah ditanami pohon. Apalagi dia tidak hanya menghijaukan hutan, tetapi juga memanfaatkan lahan di sela-sela pohon untuk tumpangsari. Anggota LMDH Jati Mulyo yang semula hanya puluhan juga meningkat hingga 400 orang. Mereka berasal dari tiga dusun di Desa Jaan, yaitu Sempayang, Jatitengah dan Jaan sendiri.

"Secara tidak langsung, warga yang semula hanya buruh tani menjadi tuan tanah," ujar suami Yunanik ini terkekeh. (bersambung/dea)

0 comments:

Based on original Visionary template by Justin Tadlock
Visionary Reloaded theme by Blogger Templates

Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi Visionary WordPress Theme by Justin Tadlock Powered by Blogger, state-of-the-art semantic personal publishing platform