Ditulis Oleh Detik Surabaya
Kamis, 27 November 2008
Tuban - Terbelit kelangkaan pupuk, ribuan petani Dusun Bogor, Desa Bektiharjo dan Dusun Mojo Kopek, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menggelar aksi unjuk rasa di kantor distributor pupuk di kawasan Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Tuban, Rabu (26/11/2008).
Aksi sekitar 3.000 petani itu dipicu ribuan hektar lahan jagung miliknya tidak mendapat jatah pupuk. Padahal jagung yang bibitnya dibeli petani Rp 65.000 per Kg itu, sudah 35 hari ditaman bersamaan datangnya musim hujan.
Para petani penggarap lahan persil Perhutani KPH Tuban itu, meminta kepada distributor agar diberi pupuk. Terlebih setelah jagung yang ditaman sampai kini tidak mendapat pupuk. Mereka tak sekadar unjuk rasa, namun menyiapkan duit untuk membeli pupuk.
Pantauan detiksurabaya.com di lokasi unjuk rasa, para petani tepi hutan lereng pegunungan kapur Tuban ini berombongan naik 17 truk dan sembilan unit mobil pickup. Truk diparkir berderet di tepi jalan sekitar gudang CV Fimaco distributor pupuk PT Petrokimia Gresik. Ribuan massa langsung bergerombol di depan gudang yang masih terkunci rapat tersebut.
Tak ada orasi layaknya aksi demontrasi mahasiswa mereka bergerombol. Sesekali para
petani berteriak-teriak minta disiapkan pupuk. Sebagian lainnya, langsung menuju kantor Fimaco yang berada di kompleks Perumahan Puri Indah, sekitar 200 meter belakang gudang yang kosong tak ada simpanan pupuk itu.
"Kami datang ke gudang ini bukan demontrasi, tapi mau beli pupuk. Kami juga membawa duit untuk membeli pupuk," kata Randu (38), seorang petani asal Dusun Bogor di samping petani lainnya kepada detiksurabaya.com di depan gudang tersebut.
Hampir satu jam aksi berlangsung, polisi baru datang ke lokasi dan mengambil jarak sekitar 350 meter dari massa. Sebelum polisi datang, massa hampir saja beraksi mencegat truk yang lewat untuk melakukan sweeping pupuk. Namun upaya itu digagalkan sejumlah wartawan yang sejak aksi berlangsung mengawal ribuan petani tersebut.
"Kalau dalam satu dua hari ini kami tidak mendapat pupuk, jagung yang kita taman bakal mati. Masak pemerintah tidak mampu menyediakan pupuk, padahal para pejabat itu makan dari hasil tanaman petani sepertti kita ini," tegas Sodikun petani lain emosional.
Para petani tersebut, rata-rata menggarap lahan persil milik Perhutani. Menurut catatan di Dinas Pertanian Tuban ada sekitar 15.000 hektar lahan Perhutani yang digarap warga. Kini lahan tersbeut ditanami jagung hibrida dengan bibit Rp 65.000 per Kg yang sudah berumur rata-rata 35 hari.
Keresahan petani makin memuncak, setelah sejumlah distributor dan kios pupuk yang ada di desa-desa sekitarnya tidak tersedia pupuk. Mereka merasa dianaktirikan, karena di sejumlah desa dari kecamatan lainnya sudah ada kiriman pupuk.(bdh/bdh)
0 comments:
Posting Komentar