Kamis, 27 November 2008

Ribuan Pesanggem Bergolak

Ditulis Oleh Duta Masyarakat
Kamis, 27 November 2008
Meski langka pupuk membuat kelimpungan para pesanggem (petani tepi hutan) karena lahan jagungnya terancam mati, tetap tak membuat mereka seanarkis petani pantura.

Ribuan petani dari wilayah tepi hutan jati KPH Perhutani Tuban hanya menggelar aksi unjuk rasa di kantor distributor pupuk CV Fimaco setempat. Aksi ini terpicu karena ribuan hektare lahan jagung miliknya tidak mendapat jatah pupuk, kemarin.

Aksi ini diikuti sekitar 3.500 petani dari Dusun Bogor, Desa Bektiharjo dan Dusun Mojo Kopek, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Sekitar satu jam kemudian disusul aksi serupa yang diikuti ratusan perempuan petani dari Dusun Medokan dan Dusun Jegok dari Desa Bektiharjo, Semanding.

Sementara itu, jagung yang bibitnya dibeli petani Rp 65 ribu per kg itu, sudah 35 hari ditaman bersamaan datangnya musim hujan. Tamanan yang harusnya mulai dipupuk sekitar seminggu setelah ditanam itu, kini sudah mulai menguning. Ditaksir para petani dalam satu dua hari ini tidak mendapat pupuk, dipastikan bakal tidak bisa berkembang.

Pantauan Duta di lokasi unjuk rasa, aksi ribuan petani di kantor distributor pupuk di kawasan Jalan Wahidin Sudiro Husodo Tuban tersebut, dipicu kelangkaan pupuk yang hampir merata di wilayah setempat. Mereka makin emosional setelah sejumlah kios pupuk yang didatangi tak ada barang.

Saat berunjuk rasa, para petani tepi hutan lereng pegunungan kapur Tuban ini berombongan naik 20 truk dan 14 mobil pickup. Kendaraan diparkir berderet di tepi jalan sekitar gudang CV Fimaco distributor pupuk PT Petrokimia Gresik tersebut. Ribuan massa langsung bergerombol di depan gudang yang masih terkunci rapat tersebut.

Tak ada orasi layaknya aksi demontrasi mahasiswa mereka bergerombol. Sesekali para petani berteriak-teriak minta disiapkan pupuk. Sebagian lainnya, langsung menuju kantor Fimaco yang berada di kompleks Perumahan Puri Indah, sekitar 200 meter belakang gudang yang kosong tak ada simpanan pupuk itu.

“Kami kesini bukan demontrasi, tapi mau beli pupuk. Kami membawa uang untuk membeli pupuk, bukan mau merampas,” kata Randu (38), seorang petani di samping petani lainnya kepada Duta di lokasi unjuk rasa.

Massa mengusung tuntutan serupa. Pupuk harus disediakan, agar jagung yang sudah disebar di ladang tadah hujan segera mendapatkan pupuk.

“Kalau satu dua hari ini tidak mendapat pupuk, jagung yang kita taman akan mati. Masak pemerintah dan pejabat tidak sanggup menyediakan pupuk,” tegas Mukidin petani lain.

Para petani tersebut, rata-rata menggarap lahan persil milik Perhutani. Menurut catatan di Dinas Pertanian Tuban ada sekitar 15.000 hektare lahan Perhutani yang digarap warga. Kini lahan tersebut ditanami jagung hibrida dengan bibit Rp 65 ribu per kg yang sudah berumur rata-rata 35 hari.

Keresahan petani makin memuncak, setelah sejumlah distributor dan kios pupuk yang ada di desa-desa sekitarnya tidak tersedia pupuk. Mereka merasa dianaktirikan, karena di sejumlah desa dari kecamatan lainnya sudah ada kiriman pupuk. (tbu)

0 comments:

Based on original Visionary template by Justin Tadlock
Visionary Reloaded theme by Blogger Templates

Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukabumi Visionary WordPress Theme by Justin Tadlock Powered by Blogger, state-of-the-art semantic personal publishing platform