Ancaman banjir dan longsor di hilir kian besar. BOGOR-- Departemen Kehutanan mengungkapkan, puluhan ribu hektare lahan di wilayah Bogor, Puncak, dan Cianjur (Bopuncur) dalam kondisi kritis. Kondisi memprihatinkan itu menjadikan ancaman bahaya longsor dan banjir di daerah hilir semakin besar. Rusaknya lahan tersebut kebanyakan disebabkan oleh penebangan secara serampangan. Termasuk penggunaan lahan untuk bangunan dan persawahan serta perkebunan. Dari data yang dicatat di Departemen Kehutanan menyebutkan, sampai sejauh ini, terdapat 83.129,66 hektare lahan kritis di daerah Bopuncur. Lahan-lahan yang rusak ini, sebagian di antaranya terdapat di kawasan hutan, hutan lindung, dan daerah aliran sungai (DAS). Sebagian besar lahan kritis lainnya terdapat di luar wilayah hutan dan DAS.
''Kerusakan lahan paling luas terdapat di luar wilayah hutan,'' ujar Menteri Kehutanan, MS Kaban, kepada wartawan selepas acara pencanangan Bogor Go Green di lapangan Markas Kujang 315, Gunung Batu, Kota Bogor, Ahad (14/12).
Di seluruh wilayah Bogor, misalnya, dari jumlah lahan yang rusak, Perum Perhutani mencatat hanya sekitar 3.000 hektare yang terdapat di areal hutan. Untuk wilayah DAS, jumlah lahan kritisnya tidak sampai separuh dari total lahan yang rusak. Lahan kritis di sekitar DAS yang melintasi Kabupaten Bogor sampai pertengahan 2008, misalnya, seluas 27 hektare (data dari Balai Penelitian DAS Ciliwung Cisadane).
Kaban kemudian juga menjelaskan, kebanyakan kerusakan lahan tersebut disebabkan penebangan hutan secara serampangan, pendirian bangunan, dan pemanfaatan wilayah persawahan dan perkebunan. ''Maka itu, warga Jakarta jangan menyalahkan Bogor kalau ada banjir. Karena, mereka sendiri yang memangkas hutan untuk perkebunan dan membangun vila-vila di puncak,'' ujar Kaban.
Untuk itu, Kaban berharap, khususnya kepada warga Bogor agar bersedia menjalankan permintaan presiden bahwa tiap-tiap warga paling tidak menanam satu pohon setiap tahunnya.
Berkaitan dengan kerusakan lahan ini, Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Departemen Kehutanan, Dwi Sudharto, mengatakan, efeknya tidak bisa dianggap enteng. ''Semakin berkurangnya ruang terbuka hijau dan rusaknya lahan, membuat lingkungan tidak bisa menetralisasi perubahan cuaca,'' ujar Sudharto.
Kondisi inilah yang menurut Sudharto, menyebabkan sering terjadinya bencana, terutama banjir. Sementara itu, perbaikan terhadap lahan kritis ini juga terus dikebut oleh berbagai pihak. Dari Perum Perhutani, misalnya, menargetkan paling lambat tahun 2010, seluruh hutan yang lahannya kritis di wilayah Bogor sudah dihijaukan kembali.
''Sampai akhir 2008 ini, sudah 4.000 hektare lahan kritis yang kami revitalisasi. Rencananya, tahun 2010, seluruh lahan kritis yang menjadi kewenangan kami sudah ditangani semua,'' ujar Administratur Perum Perhutani Kelompok Pemangku Hutan, Hezlisyah Siregar. Bentuk penanganan, menurut Hezlisyah, dengan penanaman kembali dan perbaikan kesuburan tanah. Dia menambahkan, untuk wilayah Bogor, masih ada sekitar 2.000 hektare hutan yang rusak akibat penebangan dan belum tertangani. c82
Fakta Angka 83.129,66 Hektare Luas lahan kritis di wilayah Bogor, Puncak, dan Cianjur. |
0 comments:
Posting Komentar