Ditulis Oleh Kompas | |
Selasa, 16 Desember 2008 | |
Pemprov Jabar Perlu Dalami Lagi Penyebab Banjir
BANDUNG, KOMPAS - Warga Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, menolak rencana pembelian lahan milik masyarakat di kawasan Gunung Wayang, Kabupaten Bandung. Rencana itu dinilai tidak realistis sebab kawasan tersebut bukan satu-satunya penyebab banjir di Bandung selatan.
Selain itu, kondisi di kawasan itu juga membaik setelah perambahan hutan mulai berkurang sejak 2003. "Bila pemerintah ingin membeli lahan masyarakat, lalu mau dikemanakan masyarakat ini? Pemerintah seharusnya lebih realistis dengan turun langsung melihat kondisi Gunung Wayang, jangan hanya berwacana," kata Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tarumajaya, Asep Drajat, Minggu (14/12) di Bandung. Kecamatan Kertasari terletak di kaki Gunung Wayang dengan tiga desa yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani sayur, yakni Cibeureum, Tarumajaya, dan Cikembang. Jumlah penduduk sekitar 63.000 jiwa. Mata air Sungai Citarum di wilayah Desa Tarumajaya. Ia menegaskan, selama ini pemerintah keliru menganggap Gunung Wayang sebagai penyebab utama bencana banjir di Bandung selatan. Wilayah lain, seperti Gunung Manglayang dan Punclut di kawasan Bandung utara, turut menyumbang banjir dengan kerusakan hutan jauh lebih parah. Sejak 2003, perambah juga telah keluar dari hutan. Melalui LMDH di bawah binaan Perhutani, mereka tak lagi bertani sayur di kawasan hutan. Sekitar 700 petani sayur beralih ke komoditas kopi dengan 150.000 pohon. Dede Juhari, warga Tarumajaya, mengatakan, warga bersedia berdialog dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat guna menyelesaikan persoalan lahan di Gunung Wayang. Solusinya, alih lokasi atau tukar guling dengan wilayah yang setara kualitas kesuburannya dengan Gunung Wayang. Lahan menjadi persoalan utama warga yang tinggal di kawasan Gunung Wayang. Dari sekitar 14.000 hektar luas Kecamatan Kertasari, hanya 1.000 hektar di antaranya yang dimiliki warga. Warga yang tak memiliki lahan menjadi buruh tani di perkebunan rakyat atau di perkebunan swasta di Gunung Wayang. Dari total 55.000 hektar lahan di Gunung Wayang, 3.000 hektar di antaranya dikelola Perhutani dan sisanya dikelola perkebunan negara serta lahan milik rakyat. Okupasi perkebunan Kepala Desa Tarumajaya Ayi Iskandar menjelaskan, warganya yang tak memiliki lahan akhirnya berpindah ke lahan perkebunan milik PTPN VIII dan PT London Sumatera setelah tak lagi diperbolehkan menanami sayur di kawasan hutan negara. Lahan perkebunan yang sebelumnya ditanami pohon kina dan teh kini dipadati sayuran, seperti kentang, kol, dan wortel. Ayi mengaku sulit mengendalikan warga untuk tak menanami lahan perkebunan. Sebab, lahan itu telantar hampir 11 tahun sejak hak guna usaha berakhir pada 1997. Kemiskinan dan keterbatasan lahan menyebabkan warga nekad mengokupasi area perkebunan itu. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jabar Deny Juanda mengatakan, rencana pembelian Gunung Wayang masih akan didiskusikan dengan sejumlah pakar melalui pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial. Pada 1 Januari 2009 akan diputuskan mengenai rencana pembelian itu. (REK) |
0 comments:
Posting Komentar