Ditulis Oleh Irul Hamdani - detikSurabaya
Selasa, 09 Juni 2009Banyuwangi - Pendulang emas liar di lereng Gunung Tumpang Pitu Kampung 56 Dusun Ringin Agung Desa/Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi mengamuk. Mereka mengejar petugas gabungan yang mencoba untuk membubarkan dan menangkap mereka.
Peristiwa itu terjadi Minggu (7/6/2009) dini hari, atau selang dua hari setelah Dirjen Planologi Departeman Kehutanan melakukan peninjauan lokasi pendulangan emas tersebut.
Dari aksi perlawanan itu, dua Pos jaga milik Perhutani dirobohkan massa. Satu diantaranya dibakar. Pos jaga yang jadi korban amuk massa, adalah pos jaga satu yang berdiri tepat di perbatasan antara pemukiman warga dengan kawasan hutan jati. Selanjutnya Pos jaga dua, yang berada disisi Sungai Gonggo tak jauh dari lokasi pendulangan emas.
Hingga Senin (8/6/2009), situasi di Kampung 56 masih nampak tegang dan lengang. Warga setempat memilih bungkam terkait peristiwa itu. Selain itu polisi masih terus melakukan penyisiran di lokasi kejadian.
"Saya tidak tahu mas," jawab seorang ibu yang rumahnya tak jauh dari Pos satu yang dirobohkan massa.
Dari informasi yang dihimpun detiksurabaya.com dari salah satu saksi mata menyebutkan, jika perisitiwa itu bermula dari sebuah tembakan peringatan petugas. Malam itu, ratusan pendulang emas nampak beraktifitas kembali meski rekannya beberapa waktu lalu ada yang ditangkap.
"Saya kan baru tiba di lokasi, alat saya saja belum sempat saya keluarkan, tiba-tiba ada suara letusan senjata. Saya takut dan sembunyi," jelas Nurul, saat ditemui detisurabaya.com sesaat menjalani pemeriksaan di Polsek Pesanggaran, Senin siang.
Setelah itu, lanjut Nurul, bukannya takut, ratusan pendulang emas yang berada diatas gunung secara tiba-tiba turun. Sambil berteriak-teriak menenteng linggis serta benda seadanya, mereka mengejar belasan petugas.
Karena yang dikejarnya keburu kabur, akhirnya ratusan warga itu melampiaskan kekesalannya ke Pos jaga.
"Saya tidak ikut apa-apa, saya tidak kenal, saya cuma ikut di belakang mereka itu pun karena dipaksa. Kalau menolak saya akan dipukuli," jelas Nurul lagi, yang mengaku dipaksa sesosok lelaki bertopeng tinggi besar untuk turut serta dalam aksi anarkis tersebut.
Nurul juga merasa heran, atas pemanggilan dirinya ke Polsek Pesanggaran untuk diperiksa sebagai saksi. Sebab, malam saat kejadian, tak satupun dari orang yang ada mengenal dirinya.
"Saya dipanggil sehari setelah kejadian, jam tujuh pagi tadi saya dijemput di rumah. Saya juga tidak tahu siapa yang laporan kalau saya ada di sana (lokasi-red)," ungkap bapak dua anak ini.
Kini Polisi masih melakukan pencarian siapa pelaku di balik peristiwa itu.
(gik/gik)
0 comments:
Posting Komentar