Ditulis Oleh Surya
Senin, 24 Agustus 2009
Jember - Surya- Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan Kecamatan Silo Kabupaten Jember belum mampu memproduksi gondorukem dan terpentin secara maksimal. Padahal, mesin di PGT Garahan, mampu menghasilkan 16.500 ton gondorukem dan terpentin per tahun.
“Sejauh ini kami hanya mampu 10.000 ton saja,” ujar Asisten Manajer PGT Garahan, Gunari. Kendala, belum maksimalnya priduksi gondorukem dan terpentin, karena pasokan getah pinus yang menjadi bahan baku gondorukem dan terpentin, belum memenuhi harapan.
“Kendalanya karena getah pinus yang kami terima, ya hanya sebanyak itu,” lanjutnya. Meski belum maksimal, pihaknya tidak bisa meminta agar getah pinus diperbanyak sesuai dengan kapasitas produksi. Pasalnya, PGT hanya bertugas memasak getah pinus saja.
Karena PGT berada di bawah manajemen Perhutani, maka getah pinus yang diterimanya juga baerasal dari Perhutani. PGT Garahan menerima getah pinus dari Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo dan Probolinggo. PGT Garahan, merupakan salah satu dari delapan PGT di Indonesia yang mengolah gondorukem dan terpentin.
Gondorukem dan terpentin merupakan hasil olahan getah pinus. Jika bentuknya menggumpal berwarna kuning maka disebut gondorukem, sedangkan terpentin berbentuk cair dan baunya seperti pembersih lantai. Gondorukem merupakan bahan baku utama untuk pembuat kertas, keramik, plastik, kaca, batik, sabun, tinta dan lem. Sedangkan terpentin digunakan juga untuk industri cat, kosmetik, bahan pelarut, farmasi, kapur barus, dan permen karet.
Gondorukem dan Terpentin dari PGT Garahan, merupakan salah satu hasil produksi yang terbaik di Asia. Bahkan, sejak tahun 2006, penjualannya sudah tembus ke pasar ekspor, seperti Korea, Taiwan, India, Jepang, Pakistan, AS , Australia dan Arab Saudi.
Kualitasnya lebih bagus daripada produksi yang dihasilkan negara Tiongkok. “Memang kualitasnya paling bagus. Bahkan, proses pengolahan di PGT ini sudah sesuai ISO,” terang Gunari. st9
0 comments:
Posting Komentar