Ditulis Oleh ABDUL AZIS, Jepara
Jumat, 13 November 2009
Puluhan Tahun Jadi "Tarzan" Hutan
Berkecimpung di hutan bagi Sri Hadi Sucipto bukan hal asing. Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Perhutani Batealit ini mengibaratkan pekerjaannya seperti Tarzan. Seperti apa pekerjaan yang digelutinya puluhan tahun itu?
MENJADI pegawai di Perhutani bukanlah pekerjaan mudah. Selain bergelut dengan alam, pekerjaan yang tidak mudah lainnya tentu berhubungan dengan mencegah pembabatan hutan. Kini masalah lain juga mesti menjadi perhatian Sri, yaitu masuknya para penambang mengambil batu dan bahan galian C lainnya di kali yang masuk wilayah hutan lindung di Kecamatan Batealit.
"Saya sudah berpindah-pindah. Pernah di wilayah Bangsri selama empat tahun lebih dan bekerja di wilayah Bondo selama lima tahun lebih. Sementara untuk di sini saya baru April 2009," ungkap pria kelahiran Desa Bondo, Kecamatan Bangsri ini.
Bapak dua anak ini mengaku sudah malang melintang sebagai "Tarzan". Dia mengaku lebih senang memakai kata ini karena dia merasa sudah bagian dari hutan. "Saya makannya ya dari sini sehingga hidup saya dedikasikan untuk kelestarian hutan," terangnya.
Dia mengaku saat reformasi, berbagai penjarahan hutan seolah-olah dianggap dan ditimpakan kesalahan kepada pihaknya. Padahal dengan jumlah personel yang terbatas dan wilayah yang cukup luas, tidak mudah untuk menghilangkan praktik liar penebangan hutan di kawasan Muria.
"Saya sudah merasakan pahit getirnya hidup. Bagaimana ke depan masyarakat mempunyai kesadaran mengenai hutan lindung sangat penting bagi ekosistem. Jangan sampai melakukan perusakan yang justru bisa menjadi petaka bagi anak cucu kita," imbuhnya.
Saat ini pria berumur 55 tahun itu mengaku persoalan penambangan yang masuk ke wilayah Perhutani bukanlah perkara mudah. Selama ini para penambang selalu kucing-kucingan dengan pihaknya. Apalagi, personel yang dimiliki cukup terbatas, yakni hanya tiga. Lebih-lebih, salah satunya sedang menjalani pendidikan sehingga dirinya harus bersabar. "Kita sudah berupaya melakukan pendekatan dengan masyarakat. Kami juga tidak segan menegur kepada penambang jika ketahuan kami. Terkadang kami selipi nasehat bahwa bekerja haram apapun namanya bisa merugikan keluarga," imbuhnya.
Tidak mudah hidup di tengah kondisi masyarakat seperti sekarang. Ekonomi yang sulit dan tidak ada pilihan untuk memenuhi kebutuhan menurutnya membuat sebagian warga memilih jalan mengambil batu di kali di sekitar wilayah hutan lindung.
"Pemerintah tidak bisa sekadar hanya menertibkan. Harus ada solusi. Bagaimana warga yang asal menambang diberikan solusi pekerjaan lain sehingga langkah yang sudah ditempuh berupa penertiban bisa efektif," ungkapnya. (*/rus)
0 comments:
Posting Komentar