Ditulis Oleh Kompas
Jumat, 13 November 2009
Soekarwo: Optimalkan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
Surabaya, Kompas - Kebakaran hutan selalu berulang setiap tahun tanpa tercegah. Sebagian masyarakat di sekitar hutan pun seperti kurang memiliki kesadaran untuk turut mencegah kebakaran. Hal itu disebabkan tiadanya rasa ikut memiliki hutan di sekitar mereka.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Alam Tropik Indonesia (Latin) Jatim Arif Aliadi, masyarakat di sekitar hutan akan turut merasa memiliki hutan jika diberi hak kelola. Secara otomatis, mereka tentu tidak ingin wilayah hutan yang mereka kelola terbakar.
"Sebagian besar hutan di Pulau Jawa, termasuk di Jatim, dikelola Perhutani. Perhutani pun memiliki program pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat di sekitar hutan, yang disebut wilayah pangkuan desa. Sayang, program ini tidak berjalan baik di lapangan," tutur Arif, Rabu (11/11) di Surabaya.
Arif melihat tidak ada pembagian hak dan kewajiban yang jelas antara masyarakat sekitar hutan dan Perhutani mengenai program tersebut. Akibatnya, apabila terjadi kebakaran, masyarakat merasa itu menjadi tanggung jawab Perhutani. Hal ini karena masyarakat merasa tidak pernah memiliki hutan tersebut.
Jika diberi hak kelola jangka panjang seperti program hutan kemasyarakatan yang memberi hak kelola hingga 30 tahun, menurut Arif, masyarakat akan ikut merasa memiliki hutan di sekitar wilayah mereka. Tentu mereka pun tidak ingin hutan yang menjadi sumber penghidupan mereka musnah terbakar.
Rasa memiliki
Secara terpisah Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan, keterlibatan masyarakat di sekitar kawasan hutan sangat berguna untuk mencegah terulangnya kebakaran hutan. Karena itu, program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) harus dioptimalkan.
Menurut Soekarwo, jika ada tanah luas tetapi masyarakat tidak diberi kesempatan bercocok tanam, masyarakat akan acuh tak acuh saat terjadi kebakaran. "Dengan memberikan kesempatan bercocok tanam, rasa memiliki dan kepedulian masyarakat untuk menjaga hutan akan tumbuh. Masyarakat tidak akan rela hutan dan tanaman mereka terbakar," ujarnya.
Model bercocok tanam yang tepat diterapkan di kawasan hutan lindung dengan pola PHBM adalah sistem tumpang sari. Dengan sistem ini, tanaman lindung tetap tumbuh dan masyarakat dapat bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan di sekitarnya. (APO/ABK)
1 comments:
Klau masyarakat bojonegoro sudah merasa memiliki Hutan Bahkan kami jg ikut membantu keamanan mengantar bibit ketengah yg susah di jangkau oleh kendaraan truk tetapi dari salah satu BKPH Bojonegoro menanam pohon yg tdk sesuai yg di ajukan lahannya. padahal yg di ajukan medannya susah mungkin anggarannya jg besar tp ditanam mudah. mungkin agar biayanya enek turahane.........ojo ngendo gak melu duwe.........
Posting Komentar