Ditulis Oleh Pikiran Rakyat
Selasa, 30 Maret 2010
Pikiran Rakyat – Perhutani Banyumas Timur Jawa Tengah menyebarkan bibit petai gunung di formasi cantigi Gunung Slamet Banyumas menggunakan ketapel. Tanaman perdu di lahan seluas 2.500 hektar di puncak gunung hangus terbakar akibat erupsi selama 2009.
“Akibat aktivitas gunung Slamet menyebabkan 2.500 hektar, tanaman di formasi Cantigi serta sebagian di formasi Adelwais hangus,” kata Administratur Perhutani Banyumas Timur, Andi Riana Minggu (28/3).
Setelah terjadi penurunan aktivitas gunung Slamet hasil pendataan tanaman di puncak gunung terbakar, lokasi terbakarnya tanaman cantigi dan edelweis berupa lereng dan jurang sehingga sulit di jangkau manusia.
Dikatakan, tumpukan ribuan kubik material yang dikeluarkan selama terjadi erupsi menyulitkan upaya penghijauan. Daerah puncak gunung rapuh dan rawan longsor oleh karenanya penyebaran benih tanaman dilakukan dengan alat tradisional berupa ketapel.
Perhutani sudah berusaha menghijaukan kembali kawasan tersebut dengan menyebar tiga kwintal bibit petai gunung. “Penyebaran dilakukan dengan cara ditabur disepanjang jalur pendakian serta melempar dengan ketapel pada daerah yang tidak terjangkau manusia,” jelasnya.
Upaya penghijauan saat ini telah membuahkan hasil dengan tumbuhnya bibit tanaman tersebut. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan tanaman tebaran tahun lalu saat ini sudah mulai tumbuh cukup tinggi.
Dari luas 2.500 ha lahan yang rusak, sudah sekitar 2.000 ha wilayah puncak telah kembali hijau oleh tanaman petai gunung. Sisa lahan yang belum dihijaukan sekitar 500 hingga 900 ha, menurut rencana akan dihijaukan pada tahun 2010 ini kecuali pada radius 200 meter dari bibir kawah yang masih terlalu panas bagi tanaman gunung. Sementara di formasi tanaman adelwais, yang terbakar pada tahun 2007, saat ini sudah mulai tumbuh kembali disela-sela pohon petai gunung.
“Diharapkan tanaman petai gunung ini akan segera berbuah, sehingga bisa ikut membantu pengadaan bibit penghijaukan kawasan puncak gunung secara alami,” jelasnya.
0 comments:
Posting Komentar